Powered By Blogger

Rabu, 04 Februari 2009

TERJADINYA DESA GULANG PONGGE

Gulang Pongge berada di Kecamatan Gunungwungkal. Desa Gulang Pongge terbagi atas 6 (enam) perdukuhan antara lain :

  • Dukuh Gulang
  • Dukuh Karang Anyar
  • Dukuh Sekar
  • Dukuh Ngelo
  • Dukuh Klecung
  • Dukuh Pongge

Pada waktu zaman dahulu, pertama kali kepala desanya berada di Dukuh Gulang dan yang menjadi kepala desanya ialah Pak Wayut. Dikarenakan Pak Wayut pada waktu itu kurang bijaksana serta banyak mengalami kekeliruan dan kesalahan dalam mengatur pemerintahan desa, maka tidak lama kurang lebih baru dua tahun sudah diperhentikan dari jabatannya.

Lalu mengadakan pemilihan kepala desa lagi dan yang menjadi kepala desa dalam pemilihan itu adalah Pak Rena Diwongso, orang perdukuhan Pongge, maka kepala desanya berada diperdukuhan Pongge. Setelah kepala desanya berada diperdukuhan Pongge, ternyata pemerintahan desa bisa tenang dan tentram. Kehidupan rakyat bisa terjamin keadilannya. Dikarenakan Pak Rena itu benar-benar tahu apa yang disebut pemimpin, serta mengerti akan tugas-tugas seorang kepala desa. Sehingga mereka berpendapat dan mengadakan musyawarah bersama sarekat-sarekatnya serta masyarakat, yaitu akan menamakan desanya “ Gulang Pongge “. Ternyata pendapat itu sangat disetujui dan sudah sangat cocok, bila desanya dinamakan dengan nama tersebut.

Karena nama itu diperoleh dari penggabungan nama dua perdukuhan yaitu dukuh Gulang dan Dukuh Pongge.

Dikarenakan Pak Rena itu sangat besar jasa-jasanya dan sangat bijaksana, serta seorang yang berbudi luhur, maka mereka disayangi serta diagung-agungkan oleh rakyat. Sehingga dijadikan kepala desa seumur hidup, karena pada waktu zaman dahulu belum ada batas-batas serta waktu masa jabatan seorang kepala desa

ASAL USUL DESA GULANG PONGGE

Danyang di desa ini bernama mbah Pongge, yang sampai sekarang masih dijadikan sebagai punden masyarakat Gulang Pongge. Pada waktu itu mbah Pongge mempunyai 5 daerah kekuasaan peninggalan ayahnya yang bernama mbah Marjo. Mbah Marjo memberikan 5 daerah itu untuk dijadikan sebuah desa yang makmur. Mbah Pongge membagi menadi 5 dukuh yang diberi nama Dukuh Sekar, Pongge, Karang Anyar, Gulang, Ngelo. Setelah menjadi seuah desa kecil, maka harus ada kepala desa. Kepala desa pertama ada di Dukuh Gulang dan kepala desa kedua ada di Dukuh Pongge. Sehingga dinamakan desa Gulang Pongge. Setelah memimpin cukup lama akhirnya Mbah Pongge jatuh sakit dan akhirnya meninggal dan dimakamkan di Dukuh Pongge. Sampai sekarang makam Mbah Pongge dijadikan sebagai punden masyarakat Desa Gulang Pongge.

ASAL USUL DESA KAJEN

Sebelum diberi nama itu, wilayah tersebut merupakan yang dihuni para penjahat. Wilayah itu dihuni oleh orang – orang yang sebagian besar pekerjaannya sebagai perampok.

Suatu hari, datanglah seorang pengembara ke wilayah itu. Orang itu bernama K.H. Ahmad Mutamakkin. Beliau mengembara untuk menyebarkan agama Islam. Di wilayah tersebut terdapat banyak sumber air, itulah sebabnya K.H Ahmad Mutamakkin singgah di wilayah tersebut. Melihat keadaan wilayah tersebut, beliau berniat untuk berdakwah.

Setelah beberapa lama berdakwah, banyak dari penduduk di wilayah itu yang mulai meninggalkan pekerjaan mereka yang tidak baik. Mereka mulai masuk Islam dan beribadah menurut ajaran Islam. Karena K. H. hmad Mutamakkin merupakan kyai pertama di wilayah tersebut, maka wilayah tersebut diberi nama Kajen. Kajen berasal dari kata Kyai Ijen yang berarti kyai pertama yang menyiarkan agama Islam di wilayah trsebut. Sampai sekarang Kajen merupakan wilayah yang kental dengan ajaran – ajaran Islam. Makam K.H Ahmad Mutamakkin juga ada di Desa Kajen. Setiap bulan Sura ( Muharram ) banyak orang yang datang dari berbagai daerah untuk ziarah.

ASAL USUL DESA TEGALOMBO

Dulu daerah ini adalah hutan yang sangat luas. Lalu datanglah orang – orang untuk mencari lahan untuk hidup. Lahan – lahan tersebut mereka gunakan untuk dijadikan tempat tinggal dan lahan pertanian. Karena lahannya yang sangat luas sehingga disebut dengan TEGALOMBO. Yang artinya lahan yang luas.

Lalu datanglah Belanda menduduki Tegalombo, tapi yang ditempati adalah di sebelah barat yang kemudian oleh Belanda disebut Margorejo. Sehingga suatu ketika terjadi perselisihan antara Belanda dan lurah Tegalombo. Lalu mereka bertempur dan bertemu di sebuah sungai yang dinamai bongko. Dari peristiwa ini sampai sekarang kebanyakan lurah selalu dari sebelah timur sungai. Jika ada dari sebelah barat, dia harus seorang bujangan.

ASAL USUL DESA SENDANGREJO

Hampir 16 tahun saya tinggal di Desa Sendangrejo, saya sangat betah tinggal di sini. Warganya sangat ramah. Dan inilah asal – usul atau asal mula nama Desa Sendangrejo diambil.

Pada zaman dahulu, daerah ini sering dilanda kekeringan akibat musim kemarau yang berkepanjangan. Warga daerah ini sangat resah. Beberapa cara telah dicoba namun tidak berhasil.

Suatu hari datang seorang pengembara dari daerah lain yang bernama Ki Sura Gatho yang gigih ingin membantu warga untuk melawan VOC. Karena kecerdikan dan kesaktian Ki Sura Gatho, VOC dapat dikalahkan.

Walaupun VOC telah dikalahkan, tetapi kekeringan masih melanda daerah ini. Suatu hari Ki Sura GAtho melakukan tapa, memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi jalan atau petunjuk untuk mengakhiri kekeringan ini. Karena tidak kurung mendapat wangsit, Ki Sura Gatho putus asa dan batas kesabarannya telah habis. Akhirnya Ki Sura Gatho marah dan menancapkan ujung tombaknya ke tanah. Tiba – tiba keluar air dari tanah. Air tersebut semakin banyak dan membentuk kubangan yang sering disebut dengan sendang. Orang – orang berbondong – bondong menuju ke sendang tersebut sehingga setiap hari sendang itu ramai oleh pengunjung yang hendak mengambil air. Kemudian dari kejadian itu diambil nama untuk daerah ini yaitu “ Sendangrejo “ yang berarti sendang yang ramai atau orang jaman dahulu menyebutnya dengan rejo.

Kurang lebih begitulah cerita yang saya dengar dari para sesepuh desa tentang asal – usul desa kami.